Wednesday, February 23, 2011
Dari Sekolah Ke Dunia Persilatan
Tuesday, February 22, 2011
Kabar Baik Tak Selalu Baik Untuk Saya
Mulai minggu depan saya berencana untuk mengajukan skripsi dan hendak mengurangi kegiatan yang berhubungan dengan silat, karena saya sangat terlena dengan kegiatan silat itu. Silat memang sangat memberi saya semangat dalam menjalani aktivitas tapi karena saya mudah terlena dengan silat kadang justru membuat saya terlahang fokus pada akademik saya.
Berita ini memang sangat baik bagi kemajuan SB yang merupakan silat tradisional. Apalagi akhir-akhir ini banyak sekali peliputan tentang silat tradisional yang menurut saya sangat berpengaruh pada kemajuan silat tradisional secara tidak langsung juga berpengaruh pada SB. Saya sangat berharap tahun depan SB sudah dapat tampil di muka umum, 2 tahun dari sekarang SB akan bisa daftar IPSI dan 3 tahun dari sekarang SB sudah bisa berada diposisi tenang yang artinya keanggotaannya stabil, pendanaan stabil, organisasi stabil dan keilmuan tetap bisa berkembang tanpa menghilangkan keilmuan aslinya.
Salam Syahbandar....!!!
Note : pembukaan cabang di kampus tersebut masih menunggu perkembangan selanjutnya.
Monday, February 21, 2011
Sunday, February 20, 2011
katakan bahwa aku gadismu
katakan aku cintamu
peluk aku dan genggam tanganku
tunjukan tentang kita kepada mereka
sungguh aku merasa perasaanku jadi cinta
tak mengenal sahabat
cintaku karena kedekatan hati
karena pengertian dan keadilan diri
aku jadi cinta
Kuingin tahu
perasaanmu telah jadi cintakah
telah dapatkah kau genggam hatimu
agar dapat genggam hatiku
beritahu aku agar tak gunda hati ini
malam lewat purnama
katakan kau cinta aku
aku akan tegaskan aku cinta kau
tak ada lagi batasan teman
karena perasaan telah jadi cinta
cobalah bawa semua rasa dalam hati
untuk mewarnai cinta kita
menghiasnya dengan awan kala siang
meneranginya dengan bintang kala gelap
Sungguh perasaan telah jadi cinta
Friday, February 18, 2011
Mencatat Tentang Silat Seperti Karya Sastra
Thursday, February 17, 2011
Jalan-jalan di Seminar "PENCAK SILAT TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN BUDAYA
Indonesia memang tampaknya sudah sangat dekat dengan istilah JAM KARET, acara pukul 9.45 tapi pukul 10.00 belum mulai juga. Wah sangat sungguh disayangkan, ujung-ujungnya ya berimbas pada isi seminarnya, setiap baru mau seru eh malah dibatasi waktu, ckckck...
Pembukaan seminar ya biasalah sambutan-sambutan dari wakil panitia, ada 2 perwakilan dari Kampus UI, kemudian bapaknya pesilat2 giliran memberikan sambutan siapa lagi kalau bukan pak Eddy M.N.. Tetap dalam setiap kata-katanya beliau mengajarkan untuk selalu rendah hati bukan rendah diri ya, berusaha membangun pencak silat dari usaha sendiri jangan nungguin orang lain tapi ada satu yang menarik perhatian saya, ada nama seseorang yang disebut di sela-sela sambutannya yaitu om Iwan Setiawan. Rupanya Pak Eddy ini sangat mendengarkan apa yang diucapkan pendekar ini, dengan kata-kata "Kata iwan pesilat itu jangan rendah diri" hehehe... terbukti pas keluar seminar yang di cari ya orang yang satu ini.
Masuk ke seminarnya, pembicara pertama adalah Dr. Hasan, salah seorang dosen FIB yang berbicara sedikit tentang sejarah silat, bagaimana teori-teori tentang munculnya pencak silat di Indonesia, tentang penggambaran-penggambaran gerakan-gerakan beladiri di dinding candi maupun berbentuk arca. Lanjut oleh pembicara kedua yaitu bang Edwin yang berbicara bagaimana mempelajari silat yang melalui 4 tahapan, sayang di cut waktu. Eh tau-tau Iko uwais bersama Jane Shalimar datang dan duduk di samping gw (tara,,,biasa aja ya rasanya ketemu idola,,,beda rasa ketemu guru silat,,,wkwkwkkw). Setelah pembicara menyampaikan materinya mulailah banyak yang bertanya, mulai dari orang awam silat, penulis novel silat sampai pelatih-pelatih silat mulai bertanya. Seru bagian yang ini.
Masuk ke bagian akhir langsung membahas tentang IBING PENCAK yang dijelaskan oleh pak Gending. Ia menjelaskan bahwa ibing pencak bukanlah tari pencak, ibing pencak memang dirancang untuk pertarungan dan diiringi musik adalah untuk memberi spirit atau roh pada gerakan-gerakan itu agar terlihat lebih bertenaga dan lebih menarik sedangkan tari pencak adalah tari yang ada unsur pencaknya tapi hanya untuk seni saja tidak ada unsur perkelahian. Kemudian ditampilkan sedikit tentang ibing pencak walau hanya jurus dasar tapi ketika diiringi musik maka akan lebih terasa hidup gerakan-gerakan jurus dasar tersebut.
Saat istirahat saya sempatkan duduk di stan FP2STI yang isinya barang dagangan, hahaha,,, tapi yang membedakan adalah orang-orang yang nungguin tuh stan. isi otak merekalah yang membuat stan ini hidup contohnya om iwan setiawan, dengan santainya ia menjelaskan ciri-ciri kujang dan golok dari beberapa daerah (mana ada kuliah kaya gini). Disebelah stan FP2STI ada stan asuhannya bang Deddy Irmawan yang isinya berbagai macam senjata.
Acara selanjutnya adalah atraksi silat. heboh yang satu ini awal info ada 10 perguruan tapi ujung-ujungnya makin bertambah. lupa urutannya tapi ada
-
-
-
- Silat Sera Jasing
- Gerak Gulung Budi Daya
- Paseban
- Garis Paksi
- Silat kumango
- Silat Harimau
- Tiga berantai
- Gerak rasa
- Silat Bandrong
- Silat sibelatok
- Cingkrik rawa belong
- Cingkrik pak bambang
- Silat si bunder
- ibingan dari k Emma Margaluyu menutup acara
Apalagi ya? Lupa...gara-gara ditengah atraksi ada yang nelpon gak taunya bang ahmad dari sinlamba yang ngajakin ketemu bang iko,,,hehehe Piss ah kalo yang ini
ini ada anak sb nampang minjem senjata pajangan
ada foto isengku juga,,,hahahaha,,,sekali-kali nampang bolehlah,,makasih bang deddy udah di fotoin
Tuesday, February 15, 2011
Kerinduan
kadang seperti menggambarkan kerinduan dengan air mata.
Betapa inginnya aku,
menginginkan kau dapat kembali hadir menghangatkan rasa gelisah.
Hati rasanya hampa tanpa gangguan kecil menggila darimu.
Terasa sepi membahana jagat raya.
Malam, benarkah aku merasakan kerinduan padanya?
Benarkah aku merindu padanya?
Jawablah
aku ingin dengar jawaban pastinya
Monday, February 7, 2011
Seminar "PENCAK SILAT TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN BUDAYA
Ranah 3 Warna
Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?
Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah.
Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?
Kemana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Ksatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh?
Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Tuhan bersama orang yang sabar.
Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara. Ditulis oleh Ahmad Fuadi, mantan wartawan TEMPO dan VOA, penerima 8 beasiswa luar negeri dan penyuka fotografi. Pernah tinggal di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan Royal Holloway, University of London ini meniatkan sebagian royalti trilogi ini untuk membangun Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu, yang berbasiskan sukarelawan.
Penghargaan untuk Negeri 5 Menara: Nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010, Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010
sumber :http://negeri5menara.com/index.php/the-news/110-ranah-3-warna-beredar-23-januari
Thursday, February 3, 2011
ketika cinta tak bisa memiliki-when love not to have
ketika cinta tak dapat memiliki
seharusnya tetap saling menjaga
walau jauh terpisah keadaan
sewajarnya saling peduli
menahan air mata dan menebar senyum
berbuat baik dan saling mengingatkan
merawat ketika sakit
berbagi ketika senang
menanggung bersama ketika sedih
ketika cinta tak dapat memiliki
maka disanalah ketulusan diuji
disanalah ketetapan hati bertahan
when love not to have
should still look after each other
though far apart circumstances
appropriately cared about each other
back tears and a faint smile
doing good and remind each other
care when sick
share when happy
bear with when upset
when love not to have
then there the sincerity tested
there the determination to survive