Hidroponik

Monday, March 21, 2022

me and corona day 2

Kenyataan terburuk dalam hidup saya datang ditahun 2020, anak saya terlahir dengan kelainan, Omphalocele, ya saya br tau soal itu sehari setelah sy melahirkan, jika ibu-ibu lain langsung memeluk anaknya sejak mereka lahir, saya hanya bisa menunggu. 

Hari ke 2 sejak sy melahirkan, saya baru bisa bertemu dengannya. Cantik, mungil, tapi membuat hati saya teriris. Anakku yang sy beri nama Dania. Sudah berat bebanmu nak. Hati saya menjerit, ingin menangis tapi saya bersyukur ia bisa selamat, mengingat proses kelahiran nya yg tidak biasa. Ia lahir diumur 36minggu, pecah ketuban sabtu malam sekitar jam setengah 12, aku langsung bergegas ke rumah sakit, hanya bukaan 1 sampai 12 jam kemudian, air ketuban terus menerus keluar tiap aku melakukan gerakan. Suara detak jantung anakku naik turun, ia selalu bergeser posisi. Akhirnya pukul 20.00 minggu 21 Juni dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar, dan alhamdulillah keputusan itu tepat. Dokter sudah mewanti-wanti anaknya akan ada masalah di paru-parunya karena belum cukup umur, walau sudah disuntik obat pematangan paru-parunya. Aku yakin anakku kuat dan ia lahir dengan tangis yg sangat kencang, tapi tangisnya membuat semua orang diruang operasi terdiam. 

Hari ketika aku bertemu dengannya, ia sangat cantik dan imut. Aku yakin anakku baik-baik saja. Suamiku menangisi anak kami. Aku katakan padanya, anak kita kuat, dia akan bertahan, kita jg harus kuat. Alhamdulillah kami mendapatkan pertolongan, anak kami dipindahkan ke RSAB Harapan Kita dihari ke 3. Kata suamiku, ia sama sekali tidak menangis selama perjalanan, hanya tertidur dan tampak tenang. Keesokan harinya suamiku menemui dokter bedah anak dan mendapatkan kabar kalau hari jumat anakku bisa operasi, aku sangat bahagia artinya anakku bs sehat seperti anak anak lainnya. 

Aku hanya bertemu 3x dari anakku lahir, pertama hari kedua ia lahir, hari ketiga saat cek darah, dan hari kelima setelah ia operasi, wajahnya sangat tenang meyakinkan ku kalau ia baik-baik saja. Tgl 14 Juli aku menerima kabar menggembirakan, ia sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kaget, panik, sekaligus bahagia. Akhirnya aku bisa menemui putriku. Sayangnya aku blum bs menyusui nya langsung, ia harus minum melalui selang. Baru hari ketiga sudah terjadi drama. Selang makannya ia tarik, aku panik dan segera ke rumah sakit. Untung lah kata dokter tidak masalah, jika tertarik lg lebih baik dilepas saja dl dan segera kerumah sakit untuk pasang ulang. Alhamdulillah ia hanya seminggu menggunakan selang makan. Minggu berikutnya ketika kontrol selangnya langsung dilepas oleh dokter dan aku diajarkan untuk menyusui langsung. 

Yah punya anak memang banyak drama, umur 4-6 bulan berat badannya tidak naik, ia terlihat kurus, akhirnya dokter menyarankan MPASI. Alhamdulillah sejak MPASI mulai menggendut lagi, tapi kemampuan anakku tidak seperti anak lain. Ia harus bersusah payah untuk bs ini itu. Aku sangat khawatir dengan keadaan nya.umur 7 bulan ketika dokter menyarankan ia minum susu tinggi kalori justru kelainan pada jantungnya baru terlihat, ia segera dirujuk ke poli jantung. Aku tambah khawatir dengan keadaannya, ia terlihat mudah lelah, makan banyak tapi penambahan BB nya sedikit, tapi aku yakin anakku bisa sehat dan kuat. Ini menjadi beban tersendiri buatku, keadaan pandemi yg berkepanjangan membuat ku tambah khawatir. Alhamdulillah Allah menguatkan anakku, tepat di umurnya yang ke 1 lubang dijantung nya menutup. Ia tambah aktif dan lincah, perlahan berat badannya bertambah. 

Setelah lebaran 2021, kami sekeluarga besar seperti mendapat firasat, bahwa kami akan kehilangan orang tertua dalam keluarga kami. Akhirnya kami semua memutuskan untuk mudik. Membawa anakku turut serta serba salah. Aku takut anakku tertular virus corona tp ini mungkin jd kesempatan terakhir untuk bertemu denganbah buyutnya. Dan benar saja setelah kami pulang dari sana, semua anggota keluarga + termasuk anakku dan sepupunya. Saat Mamaku masuk rumah sakit, aku jg mengalami sesak napas, demam tinggi dan lemas, keadaan ku makin memburuk ketika mendengar kabar mbahku sakit parah dan sudah pasti +corona, sudah tidak bs apa-apa. Tanteku harus pulang kesana baru jg separuh perjalanan kabar buruk itu terjadi, mbahku meninggal. Aku dengan berat hati menitipkan anakku ke mertua, karena aku terbaring lemas dan akhirnya aku dirawat di puskesmas. 

Mbah meninggal, mamaku dirumah sakit, aku di puskesmas jauh dr anakku. Sungguh tahun yang berat, aku hanya bs berdoa semoga selanjutnya kami diberi kemudahan. Untung lah aku hanya 4hari di puskesmas, aku bs berkumpul lg dengan anakku. Ia terlihat kurus dan katanya jadi sering menangis. Dihari ke 20 mamaku sakit alhamdulillah sudah diperbolehkan pulang dan keadaan semakin membaik. Kami baru memberi tahu kan kabar tersebut seminggu setelah ia pulang. Hancur hatinya, ia sudah mendapatkan firasat saat di rumah sakit, ia sudah melihat ibunya pergi. 


No comments:

Post a Comment