Hidroponik

Sunday, December 20, 2009

malam itu dibawah hujan

mulanya aku tak percaya dng hal itu, aku takut jika aku hanya berharap tapi kemudian tak sama dng apa yg aku harapkan maka aku akan hancur berkeping2, bukan ragaku tapi hati dan pikiranku, butuh waktu berbulan bulan untuk menyatukannya nanti.

Malam itu dibawah hujan kau menungguku, dengan perasaan bersalah karena pernah meninggalkanku. Kau menunggu maaf dariku dibawah hujan malam itu. Mamaku yg tak tega melihatmu sepertu menyuruhmu masuk dan memberimu handuk untuk mengerinkan tubuhmu yg basah kuyup. Papa tak seperti biasanya, ia menghampirimu dan berbincang dngmu. Aku berusaha tak mau tau dengan apa yg kau dan papa obrolkan, aku masih merasa kecewa, sangat kecewa dng keputusanmu.

Aku melihat dengan hatiku, mama dan papa menghela napas mendengarkan kata2 dari mulutmu. Mereka sesekali saling pandang dan menyatukan pikiran tapi kau berhasil meyakinkan mereka.

Aku sungguh sebenarnya tak tega melihatmu malam itu, aku menangis dengan jeritan hati bukan menangis dengan air mata. Aku terus menangis.

Akhirnya aku menemuimu, masih aku menangis dalam hati, tak ada kata apa kabar atau bahkan kata hai yg keluar dari lisanku. Aku ingat pandanganmu saat itu. Sungguh aku tahu seberapa dalam penyesalanmu. Aku menangis dan marah sebisa mungkin dalam hati. Aku tau bahwa kau pun tau aku sedang menutupi tangis dan amarahku dng wajah datar.

Aku berdiri disebelahmu saat itu. Tanpa ada sapaan.

Kali ini bukan kau yg memulai pembicaraan tapi orang tuaku, apa yg sebenarnya terjadi? Kau meyakinkan apa pada orang tuaku? Mengapa mereka yg mengucapkan kata maaf dari mu untukku? Mengapa mereka?

Andai saja kata maaf itu dari mulutmu aku kan menunda ucapan pemberian maaf padamu, tapi aku kalah dengan cintaku pada orang tuaku. Aku tulus menerima permintaan maaf darimu dan aku tulus memberi maaf.

Kau dng air mata yg tak pernah kusaksikan memelukku dan mencium keningku, tiba2 kau tertawa, dan berucap "maaf aku membuatmu turut basah"
Aku tertawa dan balas memberimu pelukan.

Aku duduk disampingmu, membantumu mengerinkan tubuhmu dng handuk sambil bercakap2 dng orang tuaku.

Sunggu malam itu dibawah hujan kau telah meluluhkan hatiku.

Aku kini berani berharap dengan apa yg terjadi diantara kita.

Its just story.

No comments:

Post a Comment