Hidroponik

Friday, January 16, 2015

Pria Misterius 2

"Kenapa Raisa kau lesu begitu? Kabar buruk kah yang kau terima?"

"Huh..." Aku benar-benar harus menarik napas panjang, "Bukan kabar buruk maupun baik. Entah bagaimana aku harus mengatakannya."

"Ya sudah kau istirahat saja kalau begitu, kau terlihat pucat sekali."

"Ya aku rasa, aku butuh istirahat panjang."

"Oh iya tadi ada bingkisan, entah apa, cukup besar, mama suruh orang menaruh langsung dikamarmu."

Bingkisan? Raka? Apalagi yang kau lakukan? Seperti inilah balasanmu padaku?
Setibanya dikamar Raisa langsung membuka bingkisan di meja riasnya, sebuah kotak beludru berwarna merah dan berpita emas.

"Apa ini? Mewah banget. Perhiasan? Pasti dari Raka, bagus banget."

Aku tak tau harus bilang apalagi, habis kata-kataku, perempuan mana yang tak suka diberi seperangkat perhiasan berhias batu rubi, gelang, kalung, anting. Aku terkagum-kagum dengan perhiasan itu tapi aku bahkan takut menyentuhnya. Aku menemukan secarik kertas dibawah kotak itu.

"Dear Mara, ini sebagai pengganti sedikit kebaikan hatimu yang dari dulu belum pernah aku balas, tapi ini bukan yang terakhir, ini hanya awal saja. Sisa umur hidupku hanya untukmu, tunggu kejutan selanjutnya ya Mara. Raka." Aku menghela napas panjang, entahlah harus bereaksi apalagi, aku menatap perhiasan itu, ya seperti itulah perhiasan yang selalu aku inginkan, tapi ini dari Raka.

Malam itu seperti kilas balik keadian-kejadian masa lalu, masa 10 tahun yang lalu ketika Raisa dan Raka sama-sama jatuh cinta tapi tak saling menyadarinya, masa-masa mereka masih merasa muda dan sering berbuat salah, sering juga salah jalan dan merasa bingung. Sayangnya mereka berdua berbuat salah terlalu besar, tak bisa dimaafkan dan mereka tak bisa memutar waktu maupun meliihat kebelakang.

"Mara, ini hadiah untukmu."
"Hadiah untuk apa?"
"Kebaikan hatimu, membantuku mendapatkannya."
Raka kau sangat menghancurkan hatiku saat itu, hadiah darimu seperti racun yang sengaja kau berikan agar aku cepat-cepat mengakhiri hidupku.
"Oh."
"Hanya Oh? Itu saja yang bisa kau katakan?"
"Ya hanya Oh."

"Pagi Mara."
"Pagi Raka, ada apa?"
"Siapa itu di status facebookmu, siapa yang kau maksud?"
"Laki-laki, yang pasti bukan dirimu."
"Oh."
"Hanya Oh?"
"Gak hanya Oh, siapa orangnya?"
"Mungkin kalau kau tau kau tak akan menyukainya, jadi lebih baik tak usah kau mengetahuinya."

Pagi datang, tak seperti hari-hari seblumnya yang selalu membuatku  bersemangat, kali inimembuat aku tak mengenali siapa diriku, siapa orang-orang yang aku kenal dan rasanya aku melupakan banyak hal.

"Raisa bangun, tetangga sebelah sudah mulai pindah."
"Tetangga sebelah mana sih ma?"
"Itu yang dibelakang rumah, yang rumah mewah."
"Oh, aku harap mereka tak pernah pindah."
"Kau bicara apa?"
"Tidak apa, aku mau mandi."

Aku sama sekali tak tertarik, kalau bisa aku yang pindah dari rumah ini supaya tak bertemu mereka.
"Raisa kamu kenal mereka ya? Mereka bilang sangat ingin bertemu denganmu."
"Aku tak kenal."
"Lantas darimana mereka tau kamu?"
"Raka."
"Dari siapa?"
"Entahlah. Ma apa kemarin ada alamat pengirim paket?"
"Tidak, kurirnya suruhan bosnya katanya."
"Baiklah."
Aku memang menyukai perhiasan itu tapi aku tak bisa menerimanya begitu saja, mungkin aku harus mengunjungi tetangga baru.

"Selamat siang."
"Siang, Kamu Raisa kan? Kami sudah menunggumu." Aneh sekali dalam sekejab rumah ini tampak mengerikan untukku, sebuah foto ku, Raka dan beberapa orang temanku terpajang besar disana. "Foto ini?"
"Ini Permintaannya Raka, katanya kau selalu jadi perempuan tercanti dalam foto ini padahal kan memang kau perempuan sendiri difoto ini."
"Tante saya mau bertemu Raka."
"Raka tak akan tinggal disini, ia tinggal dirumah lama kami."
"Aneh."
"Raka akan tinggal disini jika kau juga tinggal dirumah ini, kau menyukai rumah ini kan?"
Aku hanya tersenyum, lalu memberikan paket yang dikirimkan Raka untukku. "Saya tak bisa menerima pemberian ini, saya bukan perempuan pemburu harta. Maaf." Segera aku meninggalkan rumah itu, rasanya berjalan 20 meter menjadi 20 kilometer kala itu.

Aku sudah memutuskan menghindar dari Raka, aku berhenti datang untuk bekerja maka hari ini dan waktu tak tentu aku bebas mau kemana saja. Olahraga renang pilihanku kali ini. 






Dolly Maylissa

No comments:

Post a Comment