Hidroponik

Wednesday, February 23, 2011

Dari Sekolah Ke Dunia Persilatan


Ini bukalah cerita luar biasa, ini hanya pengalamanku dengan para sahabatku.
Sebelumnya aku perkenalkan tentang diriku, namaku Dolly Maylissa, biasa dipanggil Dolly tapi kadang-kadang keluarga dan teman manggilnya Dodol, tapi bukan berarti saya kaya dodol atau otak saya kosong (Kata dodol biasa dipakai para remaja untuk menggantikan kata Bego, aneh atau semacamnya).
Saya mengenal silat sejak kecil, bukan hanya mengenal tentang gerakan-gerakannya saja tapi juga unsur2 yang rada klenik di dalamnya. Mulai dari ritual-ritual, mantra-mantra, benda pusaka, bahkan ilmu-ilmu aneh lainnya dan tokoh-tokoh dunia persilatan, darimana lagi kalau bukan dari film.  Saat itu umur saya baru 5 tahun, sayangnya masih dianggap terlalu kecil untuk ikut silat, pernah juga saya memaksa ikut latihan karate yang lokasi latihannya tak jauh dari rumah tapi tidak dapat izin. Sejak saat itu keinginan untuk ikut beladiri semakin besar.
Saya ikut latihan silat di Perguruan Silat Tenaga Dalam Syahbandar sejak tahun 2003 hingga saat ini. Silat dulu bagi saya adalah obat luka hati saya karena tidak dapat sekolah favorit tapi saat ini seperti makanan enak buat saya yang sesekali memberi semangat baru dan rasa baru dalam hidup termasuk rasa bosan dan capai.
Pertama mengikuti latihan silat saya ingat betul senior-senior saya yang memasang tampang sangar tapi memang tampang mereka sangar maklum rata-rata mantan juara tawuran tapi ada juga yang manis dan genit. Saat itu ada satu hal yang membekas dihati saya, Bu Saarah, seorang guru bahasa indonesia yang sekaligus jadi pembimbing spiritual dan pembimbing silat, kenapa saya katakan pembimbing spiritual karena ia sesekali menasehati kami, memberi inspirasi dan membimbing kami dalam mendalami ilmu silat yang gak cuma luarannya saja tapi juga dalamnya bahkan sama guru yang satu ini murid ternakal pun bisa ciut nyalinya. Selain beliau ada juga Pak Soetrisno yang saat itu masih menjabat sebagai wakil kepala sekolah, Pak Asikin sebagai Guru Sejarah dan Pak Bob sebagai guru olahraga.
Selama kelas 1 saya dan teman-teman seperguruan sangat di awasi. Hal itu sebagai bentuk tanggung jawab senior di sekolah dan tanggung jawab kakak seperguruan karena silat tidak hanya melatih fisik tapi juga mental dan dalam silat juga terdapat hubungan seperti halnya keluarga, bila ada yang bersalah maka saling mengingatkan agar tak terjadi lagi kesalahan tersebut. Saya ingat pertama kali belajar organisasi, saya bersama rekan yang lainnya diajak atau lebih tepatnya dipaksa berkumpul untuk pendataan anggota dan pemilihan pengurus atau perwakilan sementara. pemilihan tersebut memang awalnya bersifat pengajuan diri tapi setelah ditunggu 15 menit tak ada yang mengajukan diri maka ditunjuk oleh kepengurusan saat itu yang diketuai oleh Thoriq (Saat ini sebagai mahasiswa hukum Trisakti). Selain belajar organisasi kami juga belajar tentang perguruan silat yang bersifat tradisional yang kadang diartikan gurusentris yang kalau guru berbicara maka seperti titah raja bagi sang murid, saya sendiri kadang harus menahan diri bila ada hal yang tidak saya setujui tapi harus dilakukan.
Setelah sebulan saya berlatih silat disana maka diadakan PENGUKUHAN, memang pengukuhan keanggotaannya ini dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan ekstrakulikuler lainnya disekolah tapi disanalah saya mendapat benar-benar jiwa yang cinta silat. Mungkin itu adalah Pengukuhan yang paling saya ingat, karena senior saya menampilkan gerakan silat yang menurut saya benar-benar hebat dengan adegan salto depan dan salto belakang, gerakan lincah, cepat dan bertenaga, tak hanya itu saja yang saya ingat, disana kami diajarkan untuk peduli sesama anggota, saling membela, saling menyayangi bukan saling mencintai, dan saling membantu. Ya memang nilai-nilai diajarkan dengan cara-cara sandiwara seperti ada anggota yang sengaja berbuat salahlah, ada yang disuruh pura-pura pingsanlah sampai dikerjain habis-habisan tapi dengan adanya pasal 1. SENIOR SELALU BENAR DAN pasal 2. BILA SENIOR SALAH LIHAT PASAL 1, siapa yang berani protes?
Setelah pengukuhan, demi Allah saya hampir menyerah dan kadang hampir nangis karena tidak kuat ikut pelatihannya. Latihan silat seperti latihan militer, lari berkali-kali putaran lapangan yang luasnya 1/2 lapangan bola, push up, sit up, bending, kuda-kuda yang walau hanya satu menit tapi menjadi terasa berjam-jam samapi merayap dilumpurpun sudah dilakukan. Setelah pengukuhan lebih dari 1/2 anggota yang terdaftar keluar dari pelatihan dengan alasan yang sama yaitu CAPAI.
Memasuki kelas 2, hati saya dan rekan lainya sungguh senang luar biasa karena akan punya adik seperguruan dan bisa membalas dendam atas perlakuan senior dulu walau selama 2 minggu kami harus berlatih ekstra untuk atraksi awal tahun disekolah apalagi ketika Masa Orientasi Siswa selama 3 hari, kami dari pagi sampai sore harus berada disekolah pada hari kedua bahkan kami harus melakukan gladi bersih untuk atraksi pada hari ketiganya. Ternyata rasa senang kami tanpa alasan, bagaimana mungkin membalas dendam pada orang lain yang tak menyakiti kita? Sejak saat itu angkatan saya sepakat menghilangkan semua hal yang berbau penganiayaan.
Dikelas 2 ini sudah mulai rengganglah pengawasan senior-senior karena mereka sibuk mempersiapkan ujian akhir dan pengawasan itu diserahkan kepada angkatan saya. Kami (saya dan angkatan saya) tidak melakukan pengawasan ketat saat itu, kami lebih senang melakukan pendekatan dengan sering-sering sharing bahkan sering makan bareng walau bayar sendiri-sendiri. Di kelas 2 ini saya mulai kenal dekat dengan Fahmi, Bayu dan beberapa anak-anak lainnya yang nantinya sering berkumpul bersama.
Saya mengenal Fahmi sejak ia dekat dengan salah satu teman sekelas saya dikelas 1, saya pun tahu bahwa dia seorang pesilat dari teman saya itu, dari saat itu saya ingin tahu tentang anak yang satu ini. Awal pertemanan kami ia benar-benar menyembunyikan identitasnya sebagai pesilat, entah karena apa, tapi suatu pagi ketika baru saya dan dia yang sudah berada dikelas dia dengan terang-terangan mengaku bahwa ia seorang pesilat, bahkan sudah lama menjadi pesilat dan kemampuannya tentu saja diatas saya, sejak saat itu kami berteman akrab.
Seorang teman yang sebenarnya sudah ikut pelatihan pelatihan sejak awal masuk sekolah tapi tiba-tiba menghilang lalu aktif lagi ketika melihat dengan bangganya angkatan saya memakai sabuk coklat strip dan pasang aksi ketika atraksi, dia adalah Rudiyanto. laki-laki satu ini cukup spesial saya pikir, jarang mengeluh bahkan tak banyak bercanda tapi dia sangat antusias berlatih setelah vakum sebelumnya, yang saya salut adalah sikap tegasnya ketika berurusan dengan organisasi (mungkin ada pengaruhnya dari kegiatan pramuka yang diikutinya).
Fahmi punya seorang sahabat bernama Bayu, ada satu hal yang menganjal di hati saya, fahmi dan yang lainnya berkata bahwa ia seorang pesilat tapi tidak pernah sekalipun saya melihatnya melakukan gerak silat. Benar-benar pesilat satu ini.
Selama saya SMA saya punya teman akrab bernama Fakhran, anak yang satu ini kadang emang belagunya setengah mati, hal yang membuat dia tertarik adalah ilmu dalam alias segala sesuatu yang berhubungan dengan kebatinan. Dia sering ngejar-ngejar senior dan mencerca dengan berbagai pertanyaan tentang kebatinan.
Selama kelas 2, kepengurusan di pegang oleh Suhairi yang benar-benar saya salut sama fisik dan tenaganya, julukannya aja ROBOT dan wakil ketuanya adalah jihad, laki-laki yang bisa membuat banyak perempuan klepek-klepek, selain cukup tampan dia juga pintar. kemudian ada Ilham Setiawaty yang biasa dipanggil waty yang jadi inceran beberapa senior dan teman seangkatan, saya acungi jempol untuk kemampuan tenaga dalamnya, saya fisiknya tidak mendung untuk latihan terus sampai sekarang. Masih banyaklah teman-teman saya lainnya.
Selama kelas 2 dan 3 hal yang kami lakukan adalah latihan silat di kelas, mulai dari latihan pukulan dan geraka tangan lainnya, tendangan, ngadu tenaga dalam sampai main-main dengan mahkluk gaib. Tak hanya itu yang kami lakukan tapi juga membahas tentang silat mulai dari membandingkan gerakan, membabarkan pandangan tentang gerak silat, sampai mencari-cari informasi silat.
Mungkin sudah konslet otak kami, yang dipikirkan hanya silat saja, diperpustakaan yang dibuka situs silat, yang di search di Google tentang silat, nyari buku bacaan ya tentang silat samapi lagi praktek komputer sempet-sempetnya buka situs silat. Nah disana kami mulai kenal dengan beberapa situs (kalo gak salah sahabatsilat.com dan silatindonesia.com) dan sejak saat itu makin menggila dnegan yang namanya silat.
Suatu siang di perpustakaan sekolah yang hanya berisi anggota pramuka (karena habis rapat) dan saya serta penjaga perpustakaan kami iseng-iseng membuka internet, nah disana ketemulah beberapa situs silat. Sampai Bayu yang lagi bicara pribadi dengan pacarnya langsung manteng depan komputer dan ikutan bikin account disana. (Sayang lupa nama nick namanya).
Lulus sekolah bukannya mikirin mau kuliah dimana tapi mau apa dengan silat setelah ini? hahaha…memang aneh kita-kita ini. Belum genap sebulan yang diurusi ya atraksi awal tahun. Ketika SPMB yang kebetulan saya, Fahmi dan Bayu satu tempat tes yang dibicarakan ya silat juga.
Sampai tahun kedua kuliah sekitar tahun 2007 saya aktif lagi disilat dan bertemu dengan kawan-kawan saya itu. Sejak saat itu kami benar-benar gila silat. Dari situs yang saya sebutkan diatas kami mulai mencari, mengikuti, membicarakan bahkan mengikuti kegiatan silat. Mulai dari buat account baru di sahabatsilat.com, bertemu dengan mereka tahun 2008 di ICE, 2x ikut kegiatan diskusi di Padepokan TMII, seminar di paramadina (saya tidak hadir – ada cerita dibaliknya) sampai yang terakhir seminar di UI. Berawal dari sana juga kami berkenalan dengan pesilat-pesilat dari berbagai kalangan, apalagi berkenalan dengan para guru-guru silat yang mencintai silat lebih dari kami.
Sekian ceritanya semoga berlanjut kegilaan kami kearah yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment